WhatsApp: (+62) 8821877477


penyakit udang yang sering muncul

Jangan Kecolongan, Kenali 10 Penyakit Udang yang Sering Muncul

Tambak udang menjadi salah satu bisnis yang penting bagi masyarakat Indonesia. Selain menyediakan suplai kebutuhan pangan dan nutrisi, tambak udang juga memiliki nilai ekonomi yang tinggi. 

Namun, meskipun Indonesia memiliki kondisi yang ideal untuk menjalankan usaha tambak, ada beberapa hal yang dapat mengganggu kesuksesan tambak, seperti serangan dari mikroorganisme patogen yang datang dari berbagai sumber.

Kenali 10 Penyakit Udang yang Sering Muncul

Mikroorganisme patogen yang tidak terlihat dengan mata telanjang menjadi ancaman besar bagi kelangsungan usaha tambak udang. Patogen dapat menyebabkan penyakit, kondisi, hingga kematian massal udang yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi petambak. 

Oleh karena itu, penting bagi petambak untuk memahami cara mencegah dan mengatasi serangan patogen tersebut. Sebab jika terlambat, kerugian besar pun tak dapat terelakkan.

  1. AHPND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease)

Acute hepatopancreatic necrosis disease (AHPND) atau awalnya dikenal juga sebagai early mortality syndrome (EMS) disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus.

Yang membuat para petambak merugi adalah kematian massal mendadak yang dapat mencapai 100% dalam 30-35 hari sejak bibit dipindahkan ke kolam tumbuh.

Gejala-gejala yang mungkin muncul:

  • Cangkang lunak
  • Perut udang kosong
  • Bintik atau garis hitam di hepatopankreas
  • Hepatopankreas mengecil

Belum ada cara untuk menanggulangi penyakit ini jika infeksi massal sudah terjadi, hanya bisa dicegah melalui protokol biosekuriti yang ketat di tambak dan pemilihan bibit bebas penyakit.

  1. EHP (Enterocytozoon hepatopenaei)

Enterocytozoon hepatopenaei (EHP) merupakan penyakit udang akibat infeksi sejenis jamur parasit yang menyerang sel organ hepatopankreas udang.

Sulit mengenali gejala awal infeksi EHP karena tidak ada gejala khusus yang muncul. Seiring waktu, akan terlihat udang yang terinfeksi EHP menunjukkan pertumbuhan yang sangat lambat dibandingkan dengan udang yang sehat. 

EHP patut diwaspadai karena mudahnya persebaran dari udang yang satu ke udang lainnya, terutama jika dalam satu kolam yang sama. Apalagi karena tidak adanya gejala khusus, petambak bisa saja terlambat menyadari ketika udang telanjur tidak tumbuh sesuai target dan perkiraan waktu panen.

Infeksi hanya bisa dikonfirmasi melalui pemeriksaan mikroskopik atau metode molekular seperti PCR.

  1. WSSV (White Spot Syndrome Virus)

White spot syndrome virus (WSSV) atau sindrom bintik putih pada udang, adalah infeksi virus pada udang yang diakibatkan oleh virus dari genus Whispovirus.

WSSV dapat menyebabkan kematian massal dengan cepat, mencapai 80% atau lebih dalam kurun waktu 3-10 hari saja. WSSV dapat menginfeksi udang di segala usia, mulai dari telur hingga dewasa.

Virus dapat datang dari berbagai sumber, misalnya terbawa oleh udang yang sudah terinfeksi, kanibalisme terhadap udang yang sakit, air yang terkontaminasi, pakan hidup, hingga melalui hewan perantara lain, misalnya burung dan serangga.

Beberapa gejala yang mungkin muncul pada udang terinfeksi WSSV, yakni:

  • Warna udang bervariasi, permukaan tubuh udang pucat (cenderung merah kecoklatan atau pink) 
  • Cangkang kepala udang longgar
  • Ada bintik putih di cangkang udang
  1. IMNV (Infectious Myonecrosis Virus)

Infectious myonecrosis virus (IMNV) adalah virus yang menyebabkan penyakit Myo pada udang dan juga menyebabkan kematian massal, terutama pada udang Vannamei. Kematian yang terjadi diperkirakan sekitar 40-70%.

Udang yang terinfeksi Myo dapat menunjukkan beberapa gejala seperti berikut:

  • Berwarna pucat dan tidak transparan
  • Warna otot berubah putih, terdapat gumpalan-gumpalan di segmen-segmen badan udang
  • Warna abdomen sampai ekor menjadi kemerahan seperti udang rebus karena jaringan selnya yang mati
  • Gerakan udang terlihat berbeda karena IMNV menyerang jaringan otot udang
  • Organ hepatopankreas mengecil
  1. YHV (Yellow-head Virus)

Yellow-head virus (YSV) atau penyakit kepala kuning pada udang dapat menyebabkan kematian pada udang hingga 100% dalam 3-5 hari sejak menunjukkan gejala penyakit.

Jika seekor udang terinfeksi, virus ini juga akan mudah menjangkiti udang lainnya dalam waktu singkat, sehingga menyebabkan kematian massal dan kerugian besar untuk petambak.

Beberapa ciri udang terserang YSV adalah:

  • Menurunnya nafsu makan secara bertahap
  • Tubuh dan insang udang berubah pucat
  • Kepala udang berubah kuning kecoklatan
penyakit udang
  1. TSV (Taura Syndrome Virus)

Taura syndrome virus (TSV) adalah salah satu penyakit udang yang perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan kematian massal hingga 80-85%.

Virus ini dapat menular dari udang yang satu ke yang lainnya, serta melalui hewan carrier seperti feses burung yang memakan udang positif TSV.

Ciri-ciri udang yang terkena TSV yaitu:

  • Udang menjadi kemerahan, terutama pada ekor udang yang mati
  • Ada bercak-bercak hitam di pangkal ekor, kepala, dan ruas-ruas tubuh pada udang yang hidup
  1. CMNV (Covert Mortality Nodavirus)

Covert Mortality Nodavirus (CMNV) merupakan virus patogen yang menyerang udang Vannamei dan menyebabkan penyakit VCMD (viral covert mortality disease).

Pertama kali diidentifikasi di China pada tahun 2009, virus ini dapat menyebabkan kematian hingga 80%.

Adapun beberapa gejala yang perlu diperhatikan yaitu:

  • Udang cenderung berenang di bawah kolam daripada di dekat permukaan
  • Matinya sel-sel hepatopankreas
  • Saluran pencernaan kosong
  • Cangkang melunak
  • Pertumbuhan lambat
  • Otot memutih
  • Nekrosis
  1. DIV-1 (Decapod Iridescent Virus 1)

Decapod Iridescent Virus 1 (DIV-1) merupakan penyakit yang menyerang udang yang disebabkan virus patogen dan tingkat kematiannya mencapai 100%. 

Perlu diketahui bahwa virus ini tidak ditemukan pada temperatur air di atas 32℃ dan belum terdeteksi di Indonesia, tetapi tetap perlu diwaspadai karena telah terdeteksi di Vietnam dan Thailand.

Gejala yang muncul sekilas mirip dengan penyakit udang lainnya, seperti AHPND dan IMNV. Berikut ini adalah beberapa gejala pada udang yang terserang DIV-1:

  • Tubuh udang menjadi kemerahan
  • Perut dan ususnya kosong
  • Udang lambat berenang
  • Cangkang melunak
  • Warna kepala udang putih hingga kuning pucat
  • Gejala spesifik DIV-1 adalah muncul area segitiga putih di bawah karapas yang ditemukan pada udang galah
  1. IHHN (Infectious Hypodermal and Haematopoietic Necrosis)

Infectious hypodermal and haematopoietic necrosis (IHHN) merupakan infeksi dari Penaeus stylirostris densovirus (PstDNV) yang menyerang udang.

Udang yang terserang IHHN akan melemah kekebalan tubuhnya, lalu menjadi mudah terserah infeksi akibat patogen lainnya.

IHHN dapat menyebabkan total kematian hingga 90% pada udang benur dan remaja, tetapi jarang menyebabkan kematian pada udang dewasa. Namun perlu diketahui bahwa udang yang sembuh dari IHHN dapat menjadi carrier sepanjang hidupnya.

Beberapa gejala IHHN yang ditunjukkan udang, yaitu:

  • Tidak nafsu makan
  • Kanibalisme
  • Udang mengambang ke atas permukaan dengan perut ke atas dan tenggelam kembali
  • Berenang perlahan
  • Nekrosis di beberapa bagian tubuhnya
  1.  HPV (Hepatopancreatic Parvovirus Disease)

Hepatopancreatic parvovirus disease (HPV) merupakan penyakit udang yang disebabkan oleh golongan parvovirus.

HPV ditemukan di berbagai negara di Asia, Australia, Kenya, Amerika Selatan, dan lainnya. 

Beberapa gejala yang mungkin ditunjukkan oleh udang yang terserang HPV, yaitu:

  • Nekrosis dan atropi di hepatopankreas
  • Pertumbuhannya lambat
  • Tidak nafsu makan

HPV biasanya tidak ditemukan sendirian, tetapi bersama dengan patogen oportunistik lainnya yang ikut menjadi faktor kematian udang. Karena itulah diagnosis lebih akurat biasanya dilakukan di laboratorium.

Penyakit-penyakit udang ini belum ada obatnya sehingga sangat merugikan para petambak. Tapi Anda tidak perlu khawatir, karena langkah-langkah pencegahan dapat dilakukan, misalnya protokol biosekuriti yang ketat, pemilihan benur dan telur yang berkualitas, menjaga kebersihan kolam dan lingkungan sekitarnya, memilih pakan yang berkualitas, dan lain-lain.

Sementara itu, untuk memastikan kolam Anda bebas patogen, CeKolam bisa menjadi solusi yang murah, cepat, dan akurat. CeKolam merupakan hasil kerjasama Nusantics dan Dokter Udang, Sidrotun Naim, menggunakan teknologi RTxPCR Ready yang canggih dan mampu mendeteksi patogen sebelum gejala muncul.

Pengambilan langkah sedini mungkin akan mencegah kerugian miliaran dan meningkatkan hasil panen udang lebih optimal. Jadi, jangan ragu untuk kontak CeKolam sekarang!


Referensi:

  • https://www.woah.org/fileadmin/Home/eng/Health_standards/aahm/current/chapitre_ahpnd.pdf
  • https://enaca.org/enclosure/?id=723
  • “White Spot Syndrome Virus.” Disease Guide | the Fish Site, 17 Apr. 2023, thefishsite.com/disease-guide/white-spot-syndrome-virus.
  • “Infectious Myonecrosis.” Disease Guide | the Fish Site, 17 Apr. 2023, thefishsite.com/disease-guide/infectious-myonecrosis.
  • Government of Canada, Fisheries and Oceans Canada, Communications branch. Yellow-head Virus Disease (YHD) of Penaeid Shrimp. 4 Dec. 2018, www.dfo-mpo.gc.ca/science/aah-saa/diseases-maladies/yhdsp-eng.html.
  • https://media.neliti.com/media/publications/133202-ID-none.pdf
  • Fortuna, Sukma Dewi. “Get to Know the Covert Mortality Nodavirus (CMNV) Which Can Attack Vannamei Shrimp.” DELOS Aqua, Dec. 2022, delosaqua.com/covert-mortality-nodavirus-in-vannamei-shrimp.
  • https://www.woah.org/fileadmin/Home/eng/Internationa_Standard_Setting/docs/pdf/Aquatic_Commission/A_DIV1_disease_card.pdf
  • “Infectious Hypodermal and Haematopoietic Necrosis (IHHN).” Disease Guide | the Fish Site, 17 Apr. 2023, thefishsite.com/disease-guide/infectious-hypodermal-and-haematopoietic-necrosis-ihhn.
  • Government of Canada, Fisheries and Oceans Canada, Communications branch. Hepatopancreatic Parvovirus (HPV) Disease of Shrimp and Prawns. 4 Dec. 2018, www.dfo-mpo.gc.ca/science/aah-saa/diseases-maladies/hpvsp-eng.html.